Kamis, 24 April 2014

Kita

Hampir dua tahun yang lalu kejadian itu terjadi

Sebuah kejadian yang jujur hingga saat ini belum dapat dilupakan

Bagiku... Entah bagi dirimu...

 

Memaafkan dan melupakan itu yang acapkali mereka katakan

Bukan aku tak mau

Hanya saja aku terlalu tidak mengerti cara untuk memulihkan hati

 

Melupakan bukanlah hal yang mudah dilakukan

Tapi memaafkanmu dan mereka itu sudah aku lakukan sejak awal

Tanpa perlu kau meminta hal itu dariku

 

Yaa, aku memang sudah memaafkanmu

Tapi untuk memulai lagi dari awal?

Aku tak mengerti

 

Bukan... Bukannya aku ingin menjauhimu

Bukan aku ingin membencimu

Hanya saja kekuatanku sudah berada di titik terendahnya

 

Rasa gengsi dan keakuan yang dulu pernah aku buang kini aku hiraukan kembali hadirnya

Keberanian yang dulu muncul sudah menghilang sejak kejadian itu

Dan tak pernah kembali lagi

 

Kalau memang persahabatan yang dahulu pernah ada ingin terjalin

Aku tak pernah masalah

Aku selalu menyambut persahabatan itu dengan lapang

 

Tapi kalau memang persahabatan itu harus kembali lagi ada karena diriku

Maaf aku tak bisa...

Karena aku sudah tidak ada keberanian maupun kekuatan lagi untuk memulai apapun

 

Kalau memang persahabatan dulu harus kembali hadir

Aku ingin itu karena dirimu...

Bukan karena keegoisanku tapi anggaplah sebagai sebuah permintaan maaf darimu

DIA

Dia...

Aku mengenalnya sudah sangat lama...

Sejak aku meninggalkan bangku sekolah


Dia...

Aku mengenalnya bertahun-tahun...

Sehingga hampir sedikitpun tiada yang tidak aku ketahui dari dirinya


Dia...

Cinta pertama yang baru aku rasakan

Cinta yang buat aku rela berkorban segalanya

Cinta yang buat aku melakukan hal-hal bodoh


Dia...

Yang mungkin tak pernah melihat ketulusan rasa

Yang mungkin tak pernah melihat kesungguhan hati

 

Dia...

Yang mengajarkan arti sebuah kekalahan

Yang memberikan sakit yang tak terbayangkan sebelumnya

 

Dia...

Kini hanya dapat dipandang dari jauh

Menjadi sosok berbeda dari yang dikenal sebelumnya

 

Dia...

Yang kini bukan lagi sahabat bukan lagi teman

Yang saling menahan rindu untuk berkawan

 

Dia...

Akan selalu ada dihati sampai kapanpun

Mungkin sampai Tuhan ingin menghapus segalanya tentang dia

Kamis, 17 April 2014

Manusia Pintar

Esensi dari seorang manusia adalah berbuat kesalahan. Itu wajar...
Sangat wajar malah. 
Hanya saja ketika kesalahan itu selalu dilakukan, berulang-ulang dan tanpa perubahan, itu bukan sesuatu hal yang wajar...

Tuhan menciptakan manusia dengan akal pikiran yang kuat. Akal pikiran yang tidak diberikan pada makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Ketika manusia berbuat salah secara otomatis akal pikiran akan merekamnya. Rekaman yang dibuat itu dapat bertahan lama yang tidak mungkin dilupakan seseorang.

Nah, ketika ada seorang manusia yang sudah berbuat kesalahan dan bahkan sampai berkali-kali mengulangi kesalahan yang sama, itu bukan merupakan suatu kekhilafan.
Manusia tesebut sebenarnya sudah sadar bahwa yang dia lakukan adalah salah, akan tetapi dia mengabaikan peringatan dari akal pikirannya dan terus-menerus melakukan kesalahan.
Manusia egois namanya.

Manusia egois seringkali tidak memikirkan dampak dari kesalahan yang dia lakukan. Dia cenderung untuk cuek terhadap sekitar. Padahal kesalahan yang dia lakukan berdampak sangat buruk.
Tidak hanya untuk dirinya sendiri loh tapi juga untuk orang lain.
IYA, UNTUK ORANG LAIN...

Misalnya saja seorang wanita yang melepaskan keperawanannya. Pertama ngelakuin sih mungkin ragu, takut, atau didasarkan atas cinta terhadap pasangannya. Meskipun masih merupakan hal tabu di masyarakat Indonesia hal tersebut masih dapat ditolerir.

Akan tetapi, ketika wanita itu setelah melakukan "hubungan" pertama kali menjadi sering untuk melakukan "hubungan" bahkan pada lelaki yang berbeda, itu tidak dapat diterima baik secara logika maupun sosial.

Yang terburuk adalah ketika dia terlalu sering melakukan "hubungan" itu dan mengandung seorang bayi kemudian memutuskan untuk menggugurkan kandungannya, itu JAUH lebih buruk lagi.

Tanpa perlu dijelaskan lagi Teman sudah tahu bukan siapa saja yang terkena dampak dari kesalahan yang dilakukan wanita tersebut. Orang tua, jabang bayi, dan diri wanita itu sendiri terkena akibatnya. Iya kalau lelakinya mau bertanggung jawab (itupun kalau bisa dibuktikan kalau lelaki itu ayah biologis si bayi) kalau tidak? hehe..

Perumpaan diatas hanya sebuah contoh yang saya ambil dari kehidupan sebagian besar remaja Indonesia pada zaman sekarang. Tidak untuk melecehkan tapi untuk mengajarkan bahwa menjadi manusia PINTAR itu penting loh :)

Arti Hidup

Hidup itu terkadang sulit ditebak
Pernah kita merasa begitu bahagia
Hingga beranggapan rasa sakit tak mungkin menghampiri
Pernah juga kita merasa hidup itu begitu mudah
Hingga rasanya kesulitan pun tak akan mampu merusak semua

Tapi itu pun hanya sebentar
Keadaan pun berbalik drastis
Kita yang dulunya bahagia merasa begitu sedih dan terlukanya
Kita yang hidupnya dulu begitu mudah menjadi begitu teramat sulit

Hidup pun begitu lucu
Ada saat dimana kita ingin melupakan semua
Tetapi terus diingatkan
Dan ada pula saat dimana ingin terus dikenang
Seketika tak teringat lagi

Tak hanya itu...
Hidup pun sering kali mendidik
Mengajarkan kita untuk menikmati kebahagiaan
Karena kebahagiaan itu hanya datang sementara
Mendidik kita untuk tegar dan sabar
Karena masalah itu selalu datang
Bahkan seringkali bertubi-tubi

Yaa, apapun itu hidup tetaplah hidup...
Kita hanya sekali merasakannya di dunia fana
Meskipun terlihat sulit, berat, dan tak adil
Hidup tetaplah hidup
Menunjukkan warnanya yang gemerlap
Yang meluapkan sejuta kebahagiaan untuk kita
Yang mengombang-ambingkan kita dalam waktu singkat
Dan yang mengajarkan kita arti kekuatan di setiap masa tersulit kita :)